23 March 2011

Jangan Kentut Sembarangan

“Kalau gigi bahasa inggrisnya apa ayo?” Tanya bu guru.
“Tiiiiuuuut!” bunyi keras itu datang dari deretan bangku belakang. Serentak seisi kelas menjadi ramai. Sorak-sorak mulai ditujukan kepada seorang anak laki-laki yang duduk di pojok kiri ruangan kelas.
Ibu guru berusaha menenangkan murid-muridnya. Dengan sekali tepukan keras, suasana kembali tenang.

“Jangan ribut! Ayo apa?” Tanya bu guru lagi.
“Kentut bu guru!” Serentak para siswa menjawab.
“Kok kentut sih? Yang benar itu tooth!” ucap bu guru sambil menuliskan huruf di papan tulis.
“Bukan itu bu!” Sanggah seorang murid yang duduk di deretan depan.
“Lalu apa kalau bukan tooth?” Bu guru kembali bertanya.
“Si Somat kentut bu!” Kembali sorai-sorai ramai seisi kelas mengiringi ucapan Pandi.

“Sudah-sudah,” Bu guru kembali menenangkan.
“Kamu kentut ya Somat?” Tanya bu guru sambil berjalan menuju ke arah Somat.

Somat menunduk dan perlahan mengarakan kedua matanya ke arah Pandi.
“Awas lo Pandi, gue bakal bikin perhitungan ama lo!” Ucapnya dalam hati.
“Ayo jawab!” Bentak bu guru agak keras.
“I...i...iye buk, aye ka...kagak sengaje, soalnye aye masuk anjing! Eh salah, masuk angin maksudnye!” Jawab Somat agak tergagap dengan logat betawinya yang sangat kental.

Kembali seisi kelas bersorak.

“Tenang anak-anak!” Bu guru berusaha menenangkan dan kembali menatap tajam ke arah Somat.
“Kamu itu ya, suka ngomong kasar, jangan dibiasakan ya?” Ucap bu guru sambil mengelus rambut Somat yang berdiri.
“Iye buk, aye kagak bakalan ngulangi lagi deh!” Ucapnya sambil menunduk.
“Dan jangan kentut sembarangan lagi ya?” Bu guru melanjutkan sambil berjalan ke muka kelas.

***

“Tet, tet, tet!” Keras bunyi bel mengiringi hamburan murid-murid keluar dari kelas. Ada yang ke kantin, bercanda tawa, dan ada pula yang bermain sepak bola.

Somat berjalan diantara kerumunan murid-murid sekolah dasar itu. Dia acuh tak acuh saat mendengarkan komentar teman-temannya perihal kejadian di dalam kelas tadi. Dia terus berjalan, seolah tak ada penghalang. Lamunannya terbuyar saat dilihatnya sosok Pandi yang berdiri di hadapannya.

“Tukang kentut, tukang kentut! Teman-teman, ini tukang kentut kelas kita!” Serentak murid-murid tertawa terbahak-bahak saat mendengar ucapan Pandi.
“Apa-apaan sih lo Pan?” Bentak Somat sambil mendorong tubuh Pandi. Serentak jus jambu klutuk yang dipegang oleh Pandi tumpah.
“Santai dong lo! Gara-gara lo nih minuman gue tumpah!” Bentak Pandi tak mau kalah dan kembali berdiri.
“Gara-gara lo juga semua temen-temen tau kalau gue kentut di kelas!” Wajah mereka saling berhadapan.
“Emang lo tukang kentut!” Goda Pandi lagi sambil menoel kepala Somat. Serentak Somat menjadi emosi. Dia memasang kuda-kuda dan menggerak-gerakan tangannya seperti sinetron sinetron silat yang ada di tv.
“Lo ngapain? Lo kira gue takut! Hahahaha!” Goda Pandi lagi. Wajah Somat makin memerah, dia sedikit mendur kebelakang dan berlari kedepan sambil berkata, “Terima jurus banteng menyeruduk kambing!” kepala Somat menyeruduk perut pandi dan serta-merta Pandi terduduk. Dia meringis sambil memegangi perutnya.
“Aduh, perut gue sakit banget! di dalamnya Kayak ada yang nyubit-nyubit!” Teriak Pandi.
Teman-temannya yang duduk di pot-pot besar saling berpandangan dan salah satu berkata, “Kok dicubit sih? Bukannya perutnya diseruduk oleh si Somat?”
Yang lainpun berkata, “Ia sih, tapi kayanya serius deh, soalnya si Pandi kayak kejang-kejang gitu!”

“Sukurin lo!” Teriak Somat puas dan berlari ke arah kantin.

***

“Selamat pagi anak-anak!” Sapa bu guru ramah.
“Selamat pagi ibu guru!” Semua murid menjawab serempak.
“Siapa yang tidak masuk hari ini?” Tanya bu guru lagi.
“Hanya Pandi bu!” Teriak Anton teman sebangku Pandi.
“Oh, ya, ibu diberi tau bapaknya Pandi kalau dia sedang sakit dan sekarang di rawat di rumah sakit.” Ucap bu guru sambil menghapus tulisan di papan tulis.

“Nah lu, jangan-jangan gara-gara lo Mat si Pandi masuk rumah sakit?” Tanya Diki kepada Somat. Spontan Somat menoleh ke arah Diki dengan penuh antusias.
“Ah masak? Gue Cuma nyeruduk dikit doang! Kagak sakit pasti.” Respon Somat.
“Tapi dia sampek masuk rumah sakit?” Tanggap Diki lagi.
“Kagak tau juga sih, tappi...” Somat berpikir sejenak dan melanjutkan, “Kite tanye aje ke buk guru! Gimane?” Tanya Somat dengan wajah memohon.
“Boleh!” Jawab Diki.

“memangnya Somat sakit apa, bu guru?” Tanya diki mengagetkan seisi kelas yang sudah menyalin tulisan yang di tulis bu guru di papan tulis.
Bu guru membalikan badan dan berkata, “Dia menderita usus buntu dan kemarin sudah dioperasi!”
“Nah lu, kok diseruduk bisa usus buntu ya?” Tanya Diki dengan wajah tak percaya kepada Somat.
“Gue tau sekarang, dia sakit karena sering minum jus jambu klutuk!” Lanjut Somat dan Dikipun mengangguk-angguk.
“Bagi siapa yang ingin mendesuk Pandi bisa ikut ibu nanti siang ke rumah sakit.” Bu guru melanjutkan.

***

“Ma, aku belum bisa kentut nih!” Ucap Pandi manja kepada ibunya.
“Sabar sayang, nanti juga bisa!”
“Kalau aku nggak kentut-kentut, berarti operasinya nggak berhasil dong ma? Aku takut nih ma!” Rengek Pandi lagi sambil menatap wajah ibunya.

“Krek!” Bunyi pintu di buka. Mata Pandi dan ibunya serentak menuju ke arah sumber suara dan terlihat bu guru, Anton, Diki dan Somat memasuki ruangan.

“Halo Pandi, bagaimana kabarnya? Sudah baikan?” Sapa bu guru rama.
“Belum bu, aku belum bisa ken...” Pandi tak berani melanjutkan.
Somat, Diki dan Anton saling berpandangan. Perlahan tapi pasti Somat berjalan mendekati tempat tidur Pandi.

“Pan, maafin gue kemarin ya?” Ucap Somat.
“Maafpin gue juga Mat, sekarang gue tau, segala sesuatu itu pasti punya manfaat.”
“Maksud lo?”
“Gue pengen sembuh Mat, tapi buat ngetahui operasi gue berhasil apa enggaknya gue harus kentut dulu!” Ujar Pandi setenga berbisik.
“Gue yakin lo pasti bisa!” Ucap Somat bersemangat sambil menggenggam tangan Pandi dan Pandi terdiam, menahan nafasnya sedikit dan serentak bau yang sangat menyengat tercium memenuhi seisi ruangan!

“Siapa yang kentut?” Tanya Diki sambil menutup rapat hidungnya.
“Mama! Aku sudah bisa kentu...” Teriakan Pandi tertahan dan serentak mata Diki, Anton dan bu guru melotot ke arah pandi dan serempak berkata, “Tapi jangan kentut sembarangan!”

Baca juga :

  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • TwitThis

3 komentar:

obat herbal oenyakit infeksi kemih said...

hahah jorok bngtt tuhb ..

obat herbal penyakit glukoma said...

kotoran memang harus di buang ,, ckckckc

obat penyakit kanker hati said...

alhamdulilah akhirnya bisa kentut juga ..

Post a Comment

Blog ini dofollow, silahkan tinggalkan komentar untuk meningkatkan PageRank, tapi berkomentarlah dengan tertip dan sopan, agar komentar kamu bisa tampil dengan nyaman :)