09 July 2011

Top Secret - Bag X

Gedung itu terlihat sunyi, tak ada seorang penjaga, ataupun keributan sama sekali. Suasana terlihat sangat tenang, sungguh ironi dengan apa yang telah dilakukan penghuni di dalamnya. Dua lusin aparat berseragam preman bergerak tanpa suara dan mengepung semua bagian gedung. Setelah mendapat siulan kecil dari seorang yang bertubuh paling legam, mereka menddobrak pintu depan dan menyeruak masuk. Ketika di dalam, tak ada yang bergerak, hanya terlihat sebuah handphone dan pistol di atas sebuah meja bundar. Lebih kedalam lagi mereka baru menemukan sesuatu, dua jasat yang sudah tak bernyawa, masing-masing terdapat luka tembak di bawah telinga kanannya, laki-laki dan perempuan. Dan lebih terkejut lagi ketika masuk ke ruangan yang lebih kecil disebelahnya, terdapat peralatan-peralatan laboratorium serta potongan-potongan tubuh dan wajah dari potongan tubuh itu adalah wajah dari pria yang mati di ruangan sebelah.

***

Benni terus mengamati layar monitornya, tapi sungguh aneh, kordinat lokasi sinyal GSM itu tak berubah, seperti tak digerakan sedikitpun. Dia baru sadar ada yang mengawasi, ketika terdengar langkah kaki di belakangnya.

"Jadi kau sudah tahu semuanya?"
Suara itu sangat Benni kenal, orang yang selama ini dianggapnya sahabat, ternyata tega membunuh teman dan istrinya sendiri demi ambisi pribadi.
Benni berbalik dan berkata, "Yeah, dan untuk apa kau ke sini?"
"Aku tahu gelagatmu sobat, tahu bahwa kau akan menemukan aku."
Benni sibuk berpikir, “bagaimana cara lolos dari lubang jarum ini?” Perlahan dia merogo ke laci dan mengambil pistol kecil sambil terus mengajak Budi berbicara.
"Tapi apa kau masih mau beramatama sebentar sebelum kau melakukan hal yang sama padaku? ya anggap permintaan terahir untuk menulis pesan di batu nisanku?"
"Yeah mungkin, apa permintaan terahirmu?"
"aku hanya ingin tahu, mengapa kau melakukan semua ini?"
"Hmm, ini ambisi terbesarku, kau tahu aku sedari dulu mengembangkan metode replikasi atau kloning mahluk hidup dan aku telah berhasil melakukannya pada hewan dan tumbuhan, tapi aku ingin melakukannya pada manusia."
"Terus?"
"Ternyata ada yang mengetahui, seorang jaksa temanku dulu. Dia berusaha menggagalkan ambisiku, karena tidak sesuai dengan undang-undang negara kita. Tentu saja itu hanya alasan untuk menghentikan otakku yang cemerlang, dan seperti yang telah kau ketahui, tak ada yang bisa menghalangiku. Kemudian aku mendapatkan dana besar dari organisasi yang menamakan dirinya Persaudaraan Abadi, dan itu sudah cukup untuk membungkam semua yang menghalangi."

Tanpa di sadari oleh Budi, Benni sedari tadi telah menghubungkan handphonenya dengan Inspektur Robert dan sekitar dua lusin pasukan telah bergerak mengepung rumah Benni.
"Yeah aku tahu, kau mengetahui bahwa Dania dan Lusi juga mengetahui berita ini..." Tiba-tiba Budi memotong, "Aku terlalu bodoh, aku membiarkan hakim itu membawa bukti bahwa kami telah membuat perjanjian. Dia sengaja menjatuhkan amplop ini sebelum dia dihabisi." Ujar Budi berapi-api sambil menunjukan amplop di tangan kanannya.
"Tapi semua sudah berahir, kau juga harus dihabisi, karena sudah terlalu banyak yang kau ketahui." Budi berjalan mendekati Benni dan mengacungkan sebilah belatih yang berkilat. Tetapi belum selangkah dia mendekat, Benni mengeluarkan pistol kecil dari balik punggungnya dan berteriak, "Jangan bergerak, walau aku buta, tapi aku bisa menembakmu dengan tepat. jatuhkan apapun yang kau pegang, lalu berdiri menghadap dinding dengan tangan di belakang kepala.”
Budi terkejut, dengan enggan dia menjatuhkan belati di tangannya dan mematuhi perintah Benni. Sedetik kemudian pintu depan didobrak, sekitar dua lusin polisi berhambur dan memborgol Budi.

Dengan senyum puas inspektur Robert berjalan mendekati Benni yang masih mengacungkan pistol, tapi matanya berkaca-kaca.

"Anda sungguh brilian..."
"Terima kasih." Benni membalikan badan ke arah notebooknya.
"Ngomong-ngomong dari mana anda mendapatkan pistol itu?" Tanya Inspektur Robert tertarik.
"Oh ini," Benni agak salah tingkah kemudian melanjutkan, "Tentu anda tahu, ini pistol mainan!" lalu dia menarik pelatuk dan mengarahkan ke langit-langit dan terdapat serpihan-serpihan pelor plastik di tempat yang tertembak. Inspektur Robert tersenyum, menjabat tangan Benni dan kembali berbalik mengatur pasukannya.

Bersambung


Baca juga :

  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • TwitThis

1 komentar:

toko bunga banyumas said...

semakin penasaran, baca....

Post a Comment

Blog ini dofollow, silahkan tinggalkan komentar untuk meningkatkan PageRank, tapi berkomentarlah dengan tertip dan sopan, agar komentar kamu bisa tampil dengan nyaman :)