06 July 2011

Top Secret - Bag VIII

Top Secret
Sebuah mini novel science fiction
Sudah mulai ketebak nih ceritanya! tetap staytune ya!

Bag VIII


Pukul sepuluh pagi keesokan harinya, Benni duduk di depan meja inspektur Robert. Dia telah memberikan kesaksian yang sebisa mungkin diingatnya. Jasat Lusi dan Dania telah dibawa ke RS. Cipto Mangun Kusumo untuk diotopsi.

"Kami turut prihatin atas musibah yang anda alami. Kami akan berusaha menuntaskan kasus ini."
"Terima kasih pak, saya juga akan berusaha mengungkap kasus ini. Oh ya, jangan lupa nanti siang di Love Cafe Gatot Subroto., meja saya dan nomor sembilan."
"Dan anda tak mau mengatakan apa yang akan terjadi?"
"Saya akan menangani ini sendiri dulu, karena bukti yang telah saya dapatkan belum tentu kongkrit."
"Yeah kami mengerti, kami akan mengerahkan pasukan preman di sekitar cafe."
"Dan terus amati saya, terutama bila saya nanti mempunyai teman bicara. Saya khawatir orang itu hanya suruhan, jadi tak terlibat secara langsung dengan kasus ini. Saya tak mau dia menjadi curiga dan kesempatan kita akan hilang."
"Baik pak, dan apakah anda ingin berangkat sekarang? anda tahu sekarang sudah jam 10.30?"
"Baiklah, saya tungguh pasukan anda di sana."

Benni keluar dari kantor itu dan menelpon taxi. Lima menit kemudian dia telah berada di jok belakang yang nyaman. Alasan sebenarnya mengapa dia tak mau memberitahu karena dia tahu perbuatannya itu melanggar hukum. Dia membuka pripasi orang lain dan account yang dibukanya berbadan hukum, bahkan hukum internasional. Dia sudah mempunyai rencana bagus, sebuah taktik mengalihkan perhatian. Dia telah mengenali tempat yang ditujunya, karena kerap kali dia berkencan di sana. Meja nomor sembilan berada di pojok ruangan, sementara meja nomor enam berada di dekat pintu. Dia tinggal membalik nomor meja dan duduk santai di sana seperti orang menunggu dan bila tak kunjung datang orang yang ditunggunya, dia tinggal mengamati meja nomor sembilan.

duapuluh Lima menit kemudian Benni telah duduk di meja nomor enam, tapi kini nomor meja itu telah dibalik menjadi sembilan.
"Jam 11.55, lima menit lagi dia datang. siapapun dia pasti berhubungan dengan pembunuhan-pembunuhan ini." Gumamnya dalam hati.
tepat jam 12.00, terdengar derak kursi yang digeser di depannya dan seketika itu jantungnyapun berdebar-debar.

"Ini dari bos, jangan macam-macam, tutup mulut dan kau akan selamat." Suara serak berbisik dari seberang meja dan menaruh amplop coklat di depan Benni.
"Thanks, aku mau telpon dia dulu." Benni lalu mengeluarkan handphonenya dan menghubungi Inspektur Robert.
"Yeah pak, sekarang." Dan terjadinya begitu cepat, sekitar selusin polisi berpakayan preman masuk menyeruak ke dalam, lalu mengepung meja Benni dan meja nomor 9. Dua orang pria dibekuk, diborgol dan digiring ke mobil polisi.
Saat kedua penjahat itu di giring, terdengar bunyi handphone dari salah satu diantara mereka. Seorang polisi mengedipkan matanya kepada inspektur Robert kemudian yang disebut belakangan mengangguk, tapi Benni bergerak lebih cepat, di tinjunya penjahat itu dan emrogo handphone dari dalam kantong jinsnya. Dengan cepat dia mengangkat dan terkejut dengan suara diseberang telpon, "Sudah kau lakukan? jika sudah ambil bagianmu dan kau tak akan terlibat dengan kami lagi."
Begitu terkejutnya Benni, hingga dia berdiri terpaku. Inspektur Robert berkata: "Ada yang tidak beres?"
"Tidak, hanya telpon dari keluarganya... dan apa saya boleh tahu nomornhya?"
Benni menyerahkan handphone itu kepada Pak Robert dan mencatat dalam benaknya nomor yang baru dibacakan. Dia tak tahu mengapa dia berbohong, mungkin dia sangat terkejut, karena suara dan nomor itu sangat dikenalnya.
Tetapi saat lampu serine dihidupkan, Benni berubah pikiran dan memanggil Inspektur Robert.
"Pak, saya tahu siapa penjahat yang sebenarnya. Dia yang tadi menelpon."
"Tadi anda bilang..."
"Yeah tadi saya berbohong, karena saya tahu siapa dia." Inspektur Robert hendak menyelah, tapi Benni melanjutkan, "setengah jam lagi saya hubungi anda untuk mengetahui letak pasti orang itu, bahkan kelompoknya. Saya perlu kembali kerumah, karena semua peralatan saya tertinggal."
"Ok, apakah anda ingin dikawal? anda tahu..."
"Tak usah pak, saya akan memakai taxi."

Bersambung


Baca juga :

  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • TwitThis

1 komentar:

toko bunga purbalingga said...

Sangat bagus ceritanya

Post a Comment

Blog ini dofollow, silahkan tinggalkan komentar untuk meningkatkan PageRank, tapi berkomentarlah dengan tertip dan sopan, agar komentar kamu bisa tampil dengan nyaman :)