03 July 2011

Top Secret - Bag IV

Bag IV



Dua sosok turun dari sebuah taksi biru tepat di depan sebuah rumah berpagar hijau, yang satu seorang wanita seksi dengan rambut yang digerai sebahu, memakai busana serba ketat dan serba hitam, dengan payung di tangan kirinya. Lalu di sebelah kanannya berjalan sambil memegang siku si wanita seorang pria kurus tinggi, tapi sepertinya pandangannya tak fokus. Dia bermantel biru dengan... Yeah, sebuah tongkat putih terselip di saku mantelnya.

"Sepertinya acara ini tiba-tiba ya?" Ucap si pria membuka percakapan.
"Yeah, dia memang selalu terburu-buru. Tadi dia bilang mau mengupload berita besar itu secepatnya, tapi sekarang malah terabaikan. Padahal aku setengah ketakutan akan pentingnya berita itu dan kau lihat sendiri, sekarang dianggap remeh."
"Memang berita apa yang kalian kerjakan?" Tanya si pria antusias.
"Yeah top secret pokoknya, kau juga akan tahu nanti."
"Jangan pancing naluriku ya?"
"Aku tahu kau bisa berbuat apa saja untuk mengetahui isi komputerku yang sudah di password sedemikian rupa, tapi kau tak boleh tahu hal ini sebelum kami mempublikasikannya."
"Yeah dan aku harap kau mau memberi sedikit gambaran? dengan imbalan aku tak mengobrak-abrik file-filemu lagi, kau tahu aku hacker buta yang cukup handal."
"Cukup handal untuk membobol komputer seorang wanita yang tak mengerti IT, tapi baiklah, berita-berita busuk lainnya, politik, skandal sex dan semacamnya itu."
"Oh, apa..."
“Sudahlah, kita sudah terlalu lama berdiri di sini, Dania dan Budi pasti menunggu kita." Betul saja, di teras Dania berdiri anggun sambil melambai-lambaikan tangannya ke arah mereka.

"Sepertinya mau hujan," ucap Dania saat mereka bertiga memasuki ruang tamu yang terlihat kosong melompong.
"Mungkin," jawab Lusi, lalu melanjutkan, "Kau mau pindah rumah? ruangan ini.."
"Yeah kosong melompong bukan? kemarin Budi memindahkan semua barang ke ruang duduk, ya akibat atap sialan itu!" Dania berkata sambil menengok ke atap yang terlihat lembap, lalu kembali melanjutkan, "Tapi tak usah cemas, Budi telah memperbaikinya tadi siang. Ya kan sayang?" Budi muncul tiba-tiba dari ruang sebelah dan berkata, "Kalian sudah datang, yuk kita masuk, aku sudah lapar!"
"Jadi tak masalah aku taruh ini di sini?" Tanya Lusi sambil menaruh payung dan tongkat putih di lantai dekat jendela. Tak ada yang mendengarkan, hanya sepintas dia melihat mata budi mengawasi.
"Yuk kita masuk!" Lanjutnya seraya menggandeng Benni.

Hidangan-hidangan lezat telah mereka santap, kini mereka sedang menikmati puding coklat yang sangat segar. Benni terlihat antusias melahap puding itu, tapi tetap saja matanya tak fokus. Sebenarnya dia tidak buta total, tapi pengelihatannya samar. Selain itu dia adalah pemuda yang menyenangkan, cerdas dan sekarang sudah bertunangan dengan wanita yang duduk disebelah kirinya, yakni Lusi. Lusi adalah wanita periang, cerdas, tapi sangat suka menonjolkan tubuhnya yang sudah cukup menonjol tanpa ditonjolkan. Ketertarikannya terhadap Benni lantaran suatu kasus dimana file-file komputernya habis diamuk virus. Dengan harap cemas dia menyuruh Benni memperbaikinya, dan tanpa diduga Benni bisa mengembalikannya dalam hitungan menit tanpa kurang satu apapun dengan bantuan software yang disebutnya screan reader, , walaupun Lusi tertangkap basa banyak mengoleksi vidio-vidio tidak senono di dalam hardisk komputernya.

"Kapan kalian akan menikah?" Tanya Dania mengagetkan dan membuat Benni tersedak hebat. Lusi mengisi gelas Benni dan dengan lebih antusias Benni meneguk habis isi gelas itu.
"Ya mungkin tahun depan!" Jawab Lusi santai.
"Dari dulu kok tahun depan sih? padahal kita semua jadian bareng kan?" Ucap Budi tiba-tiba nimrung, padahal sedari tadi dia diam dan seperti berfikir. Budi memang seperti itu. Sepertinya profesinya sebagai ilmuan biologi tak sepadan berdampingan dengan seorang jurnalis online.
"Yeah, kami mau menikah, tapi aku belum dapat kerja kan? kau tahu semua perusahaan menganggapku tak bisa berbuat apa-apa, terutama di bidang IT. mana mungkin aku diam dirumah, sementara Lusi..." Tiba-tiba Dania memotong, "Bukannya kau selalu dirumah? didepan laptop sialanmu itu? dan lusi juga gitu kan? kalian memang cocok! hahaha!" Semua tertawa, kecuali Budi. Dia menyamarkan seringainya dengan meneguk cepat anggur pada piala di depannya.
"Ada masalah sayang?" Tanya Dania lembut pada suaminya.
"Emh tidak, aku cuma merasa tak enak, seperti ada yang mengawasi di luar."
"Jangan berfikiran macam-macam, pasti kau sedang memikirkan pekerjaanmu di laboratorium kan?" lanjut Dania.
"Memangnya proyek apa yang sedang kau kerjakan?" Tanya lusi tiba-tiba pada Budi.
"Masih seperti dahulu, mencoba mengamati mahluk hidup, dan berusaha membuat tiruan mereka."
"Yeah, asal kau jangan ikut-ikutan membuat replika manusia saja! hahaha!" Semua tertawa , bahkan Budipun tersenyum dan berkata, "Mungkin media kalian akan lebih terkenal jika skandal itu dibuat oleh suaminya sendiri hahahha!" dan merekapun terpingkal-pingkal.
Tiba-tiba suara guruh yang memekakkan telinga dan tetesan hujan membuat suara tawa mereka meredah. Dengan cemas Budi mengamati ruang tamu dan mata lusi mengikuti gerakan itu. Perlahan tetesan air mulai membanjiri lantai ruang tamu , karena teringat akan payung dan tongkat yang dia sandarkan di lantai dekat jendela, dia menghambur keruang tamu dan terjadinya sepersekian detik, terdengar suara ledakan diikuti teriakan dan seluruh listrikpun padam.

Baca juga :

  • Digg
  • del.icio.us
  • Facebook
  • Google
  • StumbleUpon
  • Technorati
  • TwitThis

1 komentar:

toko bunga banyumas said...

ingin segera baca kisah selanjutnya

Post a Comment

Blog ini dofollow, silahkan tinggalkan komentar untuk meningkatkan PageRank, tapi berkomentarlah dengan tertip dan sopan, agar komentar kamu bisa tampil dengan nyaman :)